Koran Al-Dostor cetakan Mesir menulis, berdasarkan berbagai data akurat Gamal Mubarak, anak Presiden Hosni Mubarak, disebut-sebut sebagai pengorganisir kelompok kriminal yang menyerang para demonstran di bundaran al Tahrir.
Menurut laporan IRNA, aksi para kriminal menyerang warga yang menuntut pengunduran diri Mubarak terjadi sejak Rabu lalu dan hingga kini telah mengakibatkan korban tewas dan cidera lebih dari seribu orang.
Koran al-Dostor menambahkan, Gamal Mubarak juga menjabat sekjen Komite Politik Partai Nasional Demokratik. Ia kerap menggelar pertemuan dengan para petinggi partai berkuasa di Mesir seperti Safwat as-Sayarif, Majid as-Sarbini, Ibrahim Kamil dan Mohammad Abu al-Ainain. Dalam pertemuan tersebut Hasan Abdul Rahman, komandan polisi rahasia Mesir juga turut hadir sebagai perwakilan dari Departemen Dalam Negeri.
Polisi Mesir dengan mengenakan pakaian preman dan menunggang unta terlibat dalam penyerangan terhadap para warga yang menggelar demo anti-Mubarak. Serangan itu terorganisir dengan baik dan diarahkan oleh Gamal Mubarak.
Serangan terhadap para demonstran di bundaran al Tahrir dibahas oleh Komite Politik Partai NDP pada hari Selasa lalu. Dalam sidang itu ditentukan tiga kelompok yang akan melakukan aksi brutal ini. Kelompok pertama adalah polisi dengan menggunakan pakaian preman, kedua terdiri dari pegawai serta staf perusahaan yang berafiliasi dengan Mubarak dan terakhir adalah para kriminal dan orang-orang bayaran.
Sementara itu, para pengusaha yang mendukung Mubarak diharuskan memberikan sumbangan untuk membiayai kelompok bayaran.
(REPUBLIKA)
- Special Hotlines for Communications with Indonesians in Egypt
- Kembali ke Index Topik Pilihan Mesir Bergolak, Ikhwanul Muslimin Tunjuk ElBaradei
- Tahun Baru Imlek 2011, Semarak Imlek di Mal
- Kalah, Madrid Kian Jauh dari Barca
- "Crop Circle" Ketiga Muncul di Magelang
- Putra Gubernur Sulsel Meninggal di IPDN
- Iran Hukum Mati Pengelola Situs Porno
- Penuhi Panggilan Polri, Cirus Geram Dicecar Wartawan
- Siapakah Hosni Mubarak dan Keluarganya
- Luna Maya Menangis di Sidang Putusan Ariel