Standar harga pembelian pemerintah atau HPP gabah dan beras dinilai semakin tidak relevan dengan ongkos produksi. Ketidakpastian cuaca, serangan hama penyakit, serta tuntutan kenaikan upah pekerja membuat biaya produksi cenderung meningkat akhir-akhir ini.
Enoh (70), petani di Desa Lemahmulya, Kecamatan Majalaya, Jawa Barat, Selasa (15/2/2011) mengatakan, hasil dari bertani semakin tak menentu belakangan ini akibat anomali iklim, serangan hama penyakit, serta naiknya harga sarana produksi. Sementara standar HPP tetap Rp 2.640 per kg untuk kering panen (GKP) dan Rp 5.060 per kg untuk beras.
"Padahal, dua musim ini upah pekerja (buruh tani) naik dari Rp 35.000 menjadi Rp 50.000 per hari, harga obat dan pupuk juga naik, sementara hasil panen sulit diprediksi jumlah, mutu, dan harga jualnya," kata Enoh.
Beragam kondisi itu membuat petani, khususnya penggarap, sering rugi. Karya (48), petani penggarap di Desa Ciwulan, Kecamatan Telagasari, mengaku masih menanggung utang sarana produksi musim lalu. Banyaknya pengeluaran tak terduga akibat serangan hama penyakit dan upah pekerja membuat keuntungannya menipis.
Pada musim tanam lalu, Karya rugi sekitar Rp 2 juta karena hasil panen dari 0,5 hektar lahan garapannya anjlok dari 3 ton GKP menjadi 0,8 ton GKP. Karya menanggung utang di kios sarana produksi, sementara pemilik lahan tak mendapat apa pun. Dia berhara p mampu membayarnya musim ini.
Rugi
Secara matematis, dengan produksi 3 ton dan harga jual Rp 3.000 per kg GKP, Karya memperoleh pendapatan kotor Rp 9 juta. Setelah dipotong ongkos produksi Rp 2,5 juta, sisa Rp 6,5 juta dibagi dua, separuh untuk dia dan separuh lagi untuk pemilik lahan. Rp 3,25 juta untuk 4 bulan masa kerja.
Hitungan seringkali berbeda hasilnya dengan keadaan di lapangan. Produksi dua musim ini tidak mencapai 3 ton, sementara harga gabah saat saya panen kurang dari Rp 3.000 per kg GKP, tambah Karya.
Menurut Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Karawang, Ijam Sujana, pemerintah perlu meninjau lagi standar HPP yang berlaku saat ini. Di tengah ketidakpastian cuaca, tuntutan kenaikan upah tenaga kerja, dan naiknya harga sarana produksi, petani menghadapi risiko rugi yang kian besar.
Jika petani terus merugi, itu berarti ancaman pada produksi pangan. Dalam jangka panjang, dampaknya akan lebih serius, seperti berkurangnya lahan pertanian serta ancaman ketahanan pangan. "Tanpa upaya meningkatkan kesejahteraan petani, sulit bagi pemerintah untuk menggenjot produksi," tambah Ijam.
• (KOMPAS)
- TransJakarta Bantah Sarang Pelecehan Seksual
- Presiden Hosni Mubarak Bajak SMS untuk Sebarkan Pesan
- Awas, Toko Online Gadungan di Facebook
- Kartu SIM Card Khusus Aremania
- Jawaban KPK Soal Nunun Nurbaeti
- Di Temanggung, Antonius Juga Lecehkan Katolik
- Kenal di Facebook, Polisi Hamili Pacar
- Gelandang Chelsea, Frank Lampard, Bangga Jadi Kapten Timnas
- Temanggung Membara, Massa Rusak Tempat Ibadah
- Ada 9 Korban Rusuh Temanggung Dirawat
- Adjie Massaid di Mata Angelina Sondakh
- Almarhum Adjie Massaid Sosok Humoris dan Pandai Bergaul
- Selamat jalan, Adjie Massaid!
- Gayus Tambunan Bisa Cepat, Kenapa Miranda Gultom Tidak
- Gayus H Tambunan: 2007 ke Bawah Jahiliah Semua
- Yuto Nagatomo Bangga Berkostum Nerazzurri
- ICW Tuding Nurdin Terima Dana APBD
- Pendukung Mubarak Coba Kepung Tahrir Square
- Sekitar 300 Orang Tewas Akibat Kerusuhan di Mesir
- Cirus Sinaga Terjerat Kembali Kasus Suap
- Special Hotlines for Communications with Indonesians in Egypt
- Kembali ke Index Topik Pilihan Mesir Bergolak, Ikhwanul Muslimin Tunjuk ElBaradei
- Tahun Baru Imlek 2011, Semarak Imlek di Mal
- Kalah, Madrid Kian Jauh dari Barca
- "Crop Circle" Ketiga Muncul di Magelang
- Putra Gubernur Sulsel Meninggal di IPDN
- Iran Hukum Mati Pengelola Situs Porno
- Penuhi Panggilan Polri, Cirus Geram Dicecar Wartawan
- Siapakah Hosni Mubarak dan Keluarganya
- Luna Maya Menangis di Sidang Putusan Ariel
