Di Jakarta Pusat Dalam 9 Bulan, Terjadi 20 Kali Tawuran

tv1one

Tawuran kembali marak di Jakarta Pusat. Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat mencatat 20 kali tawuran terjadi sejak Januari hingga Rabu (29/9/2010) kemarin. Namun, belum ada solusi menyeluruh untuk mengatasi tawuran yang umumnya terjadi di wilayah tertentu.

Baku lempar, baik antarwarga maupun pelajar, terjadi di sejumlah tempat, seperti di Kecamatan Johar Baru, Kecamatan Senen, dan Jalan Kramat Raya.

Terakhir, tawuran terjadi di Jalan Tanah Tinggi XII, Selasa lalu. Tawuran tidak hanya saling lempar batu, tapi juga menggunakan senjata tajam. Tiga orang luka akibat kejadian itu. Sehari sebelumnya, tawuran antarwarga terjadi di tempat yang sama.

Dari keterangan yang dilansir situs web Humas Polda Metro Jaya, polisi menyita sebilah samurai, balok kayu, dan empat selongsong petasan seusai tawuran itu. Tiga pelaku yang masih berusia remaja ditangkap Polsek Metro Johar Baru, yakni IM (16), Zu (16), dan Za (19).

”Dari tawuran yang terjadi sebelumnya, kami juga sempat menangkap beberapa tersangka,” papar Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Hamidin, Rabu.

Permukiman padat

Tawuran yang terjadi antarwarga biasa diawali anak-anak muda. Namun, penyebab tawuran tidak terlalu jelas lagi.

Anak-anak muda itu biasa nongkrong bersama, bahkan hampir 24 jam. Kondisi itu terjadi karena sebagian rumah dihuni lebih dari dua keluarga.

”Mereka biasa tidur bergantian karena rumah sempit, tapi penghuninya banyak. Nah, sambil menunggu giliran istirahat, mereka nongkrong di pinggir jalan atau di mulut gang,” kata Hamidin.

Kondisi itu membuat masyarakat mudah terprovokasi dan terjadilah tawuran. Selain di Jalan Tanah Tinggi XII, tawuran di Johar Baru juga terjadi antara lain di Jalan T, Kampung Rawa, dan perempatan Jalan Baladewa. Sementara di Kecamatan Senen, tawuran antarwarga juga terjadi di Jalan Kramat Pulo.

Tawuran biasanya terhenti bila kawasan itu dijaga polisi. Polisi juga pernah merazia permukiman seusai tawuran untuk mencari senjata yang digunakan dalam tawuran itu.

”Hal ini bisa menjadi efek jera. Namun begitu polisi pergi, tawuran terjadi lagi. Razia juga tidak bisa kami lakukan terus- menerus karena keterbatasan tenaga. Pekerjaan kami, kan, tidak hanya ini,” ucap Hamidin.

Camat Johar Baru Marsigit berharap pemerintah hingga ke tingkat provinsi bisa memberikan perhatian pada daerah yang kerap terjadi tawuran.

”Penataan permukiman secara menyeluruh bisa membantu mencegah tawuran. Permukiman vertikal, misalnya, bisa membuat orang mempunyai tempat tinggal yang layak sehingga mereka tidak banyak nongkrong di tempat umum,” ucap Marsigit.

Sosiolog Thamrin Amal Tamagola mengatakan, tawuran merupakan bentuk perebutan ruang fisik. Pada beberapa kasus, tawuran juga terjadi karena perebutan sumber ekonomi. Sebagian besar pelaku tawuran adalah anak muda.

”Penyediaan lapangan kerja bagi anak-anak remaja bisa menjadi solusi untuk mencegah tawuran, selain solusi untuk menyediakan tempat tinggal seperti rumah susun.”
KOMPAS

Masukkan Email Anda Disini untuk dapatkan BERITA terbaru :

Delivered by FeedBurner



Share/Bookmark
41772-07
 
tv1one tv1one-Online.
Simplicity Edited by Ipiet's Template